Kamis, 06 Juni 2013

PERBEDAAN SEBAGAI WUJUD KESEMPURNAAN




S
ungguh kita telah hanyut oleh pengakuan (ego) yang merasa diri atau golongannya-lah yang paling benar, dan yang selain kita atau golongan lain adalah salah serta tersesat. Bahkan dalam kehidupan beragama. Buktinya, kita terkotak-kotak oleh golongan, sekte, ataupun mazhab. Padahal Dia-lah Tuhan Yang Maha Tunggal, yaitu Tuhan segala sesuatu dan Tuhan seluruh alam. Dan Tuhan seluruh umat beragama, sekalipun kemanusiaan menganggap hanya agamanya-lah yang paling benar dan diridhai oleh-Nya. Maka dimulailah segala macam perbedaan yang pada akhirnya menyebabkan saling pertentangan, merusak hingga saling menumpahkan darah.
Dan kita sungguh telah lupa serta terhanyut, bahwa sesungguhnya kemanusiaan kita adalah merupakan perwujudan Dia di muka bumi agar menjadi rahmat bagi semesta alam. Sebagai orang-orang yang berserah diri (muslim) secara total kepada Tuhannya. Begitulah wujud keyakinan (keimanan) kemanusiaan kita kepada Tuhannya. Begitu pulalah wujud pengabdian (ibadah) kemanusiaan kita sebagai makhluk kepada Tuhannya. Namun apa daya, ternyata jiwa kita begitu mudahnya terhasut oleh pengakuan (ego) dan hawa nafsu diri yang justru akan kita sesali di kemudian hari.
Sangat teramat banyak perbedaan-perbedaan yang ada di alam ini, tak terhitung dan masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihannya, sebagai bukti ketergantungan satu sama lainnya. Begitulah seharusnya kemanusiaan memahami perbedaan-perbedaan yang membuktikan bahwa diri-diri mereka hanyalah sebagai pelengkap kesempurnaan ciptaan dan kuasa Tuhannya.
Tidak usah repot-repot menolak, membenci, mengecam atau hingga merusak perbedaan-perbedaan dari wujud-wujud lain dan memaksakan ingin mengganti dengan yang sesuai dengan seleranya, maka lihatlah perbedaan-perbedaan yang begitu banyak yang ada pada diri dan jasadnya sendiri. Betapa wujudnya sendiri pun memiliki banyak kekurangan dari seperti apa yang diharapkan dan diinginkannya. Dan sungguh, memaksakan kehendak sendiri kepada wujud-wujud lain adalah perbuatan zhalim, maka bayangkanlah seandainya dirinya sendiri sebagai yang dipaksa oleh wujud lain. Itulah keburukan sebagai yang memaksa dan sebagai yang terpaksa adalah sungguh merusak diri-dirinya sendiri.
Apalagi dalam hal beragama. Kehidupan religius yang hanya bisa dirasakan kedamaian, ketenangan dan ketentramannya hanya oleh masing-masing diri pribadi kemanusiaan, tidak bisa dirasakan secara bersama-sama atau aklamasi. Tuhan menciptakan perbedaan-perbedaan yang merupakan keindahan adalah agar mereka saling berhubungan secara harmonis dalam keseimbangan sebuah sistem semesta-Nya (sunathullah), bukan malah hubungan yang saling merusak bahkan hingga saling menumpahkan darah.
Lihatlah apa-apa yang tersebar di alam ini begitu banyaknya perbedaan yang menyatu dalam suatu wujud keindahan, tidakkah kita bersyukur akan itu?
Lihatlah apa-apa yang tersebar di alam ini begitu banyaknya perbedaan yang menyatu dalam suatu wujud yang melengkapi, tidakkah kita bersyukur akan itu?
Lihatlah apa-apa yang tersebar di alam ini begitu banyaknya perbedaan yang menyatu dalam suatu wujud yang menyempurnakan, tidakkah kita bersyukur akan itu?
Lihatlah apa-apa yang tersebar di alam ini begitu banyaknya perbedaan yang menyatu dalam suatu wujud memberi petunjuk ilmu pengetahuan, tidakkah kita bersyukur akan itu?
Lihatlah apa-apa yang tersebar di alam ini begitu banyaknya perbedaan yang menyatu dalam suatu wujud yang mengarahkan kepada wujud tunggal Sang Realitas Sejati, tidakkah kita bersyukur akan itu?
“Muslim (orang yang berserah diri) adalah dia yang menyelamatkan muslim lainnya dari lisan dan tangannya, dan Muhajir (orang yang berhijrah) adalah dia yang meninggalkan hal-hal yang dilarang Allah (untuk dilakukannya), dan Mu’miyn (orang yang beriman) adalah dia yang memberi keamanan bagi orang lain atas darah dan harta mereka.”
Hadits yang berasal dari Abdullah ibn Amr, diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmdzi dan Nasa’i.
Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan, agar kamu jangan merusak keseimbangan itu, dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu.”
(QS 55:7-9)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar