Selasa, 29 Oktober 2013

TEROMPAH AKAL

Tubuh ini adalah alam bagi makhluk-makhluk lain yang bukan diri kita yang mengatur hidup dan rizkinya, laparmu adalah laparnya mereka. Namun begitu pola hidupmu buruk, menjadi buruk pulalah mereka. Dan keburukan mereka akan kembali padamu sebagai yang menyakitkan.

***

Tujuh lapis langit telalu sempit bagi akal manusia, namun kedalaman hati terlalu lapang baginya…. Dan akal yang sangat cerdas adalah cahaya yang membawa petunjuk dan kehendak Tuhannya, siapa lagi dia kalau bukan Jibril.

Jika akal adalah tembaga, maka Sang Cinta-lah yang menjadikannya emas yang mulia dan berharga. Bukan mukjizat, ia adalah ilmu tentang zat mukjizat…… Akal adalah hukum-hukum, dengan cinta-lah ia menjadi hakim yang bijaksana.

Ketika jalan sampai kepada ujung dibatasi laut, dan akal pun berhenti tak sanggup lagi berkata-kata, datanglah Cinta yang membelah laut, membuka jalan bagi Musa dan kaumnya hanya dengan satu pukulan tongkatnya…… Manakala kemarahan memaksa ikut menerobos masuk tenggelamlah ia ditelan lautan.

Dengan Cinta pula Musa pukulkan tongkatnya kepada batu, dan memancarlah 12 mata air bagi suku-suku kaumnya……. Tiada akal yang dapat memahami Cinta.

Dan manakala Sang Cinta memanggil yang dicinta, “Hai Musa !! Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.”


Ketika hendak masuk dan berhadapan dengan Sang Cinta, tanggalkanlah terompah akalmu diluar pintu-NYA, sebab engkau kan memasuki ruang suci…… begitulah Jibril si akal yang cerdas dibatasi tak dapat lagi menemani Muhammad masuk kedalam Sidrat al Muntaha.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar