Jumat, 15 November 2013

SERATUS LIDAH & KEBOSANAN

Oh, jika saja kumiliki kemampuan memahami makna yang diiberikan hati dari ruh.

Ucapan bagaikan susu di dalam dada ruh, ia tak akan mengalir bebas jika tak ada yang mereguknya.

Pendengar yang dahaga yang sedang mencari, akan menjadi begitu fasih setelah bertemu Sang Mursyid yang telah pergi meninggalkannya sendiri…… Bagaikan mendapat tambahan seratus lidah dalam setiap pembicaraannya.

Ketika seorang asing memasuki istana sultan, para wanita harem segera berlarian bersembunyi ke balik tirai…… namun bila yang masuk seorang sahabat karib yang membawa ketidak cemasan, maka para wanita pun segera mengangkat tirai dan kembali bercengkerama.

Apapun yang dijadikan baik, menyenangkan dan indah……adalah untuk penglihatan mata.

Kitab-mu bagaikan perempuan berselubung wajah, meskipun kau buka selubung itu, masih ada seratus ribu selubung lagi yang harus kau buka…… Dia tak akan menunjukkan keasliannya, karena dia menginginkan engkau memahaminya melalui sekian ratus ribu cara memandang.

Kawanku, ……betapa kuingin kalian memahami, sekalipun kata-kata ini telah berulang kali engkau dengar, namun aku tak pernah kenyang mengatakannya.

Kau makan roti atau nasi setiap hari terus menerus agar tidak kurus, dan itu adalah makanan yang sama setiap harinya, mengapa engkau tak bosan ?!

Karena kau sehat, lapar senantiasa menemanimu dan tiada memperdulikan pencernaan dan kejenuhan perutmu…… Kenikmatan berasal dari rasa lapar, bukan karena enak dan mahalnya makanan.

Maka sesungguhnya, kebosananmu itu berasal dari kurangnya rasa lapar dan salah mencerna…… bukan dari pengulangan memakan yang itu-itu saja, bahkan pengulangan kata-kata dan makna-makna.

Mengapa manusia tak pernah bosan dari belanja, tawar-menawar hingga mengumpat dan bertengkar ?? Waktu demi waktu, terus saja mengumbar rayuan demi memenuhi hasrat birahi.

Inilah terakhir kalinya mengucapkan kata-kata kotor itu dengan semangat yang berapi-api, seratus kali lipat dibanding yang pertama.

Jika tak ada yang mendengarnya, maka terpujilah kata-kataku, “Menjelma cahaya atau pergi !! Dan jangan berlaku zhalim padaku !!”


O tuan, kau bagai mata yang sakit menatapku…… bukalah lembaranmu, dan akan kupatahkan penaku !!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar