Oh, jika saja kumiliki kemampuan
memahami makna yang diiberikan hati dari ruh.
Ucapan bagaikan susu di dalam
dada ruh, ia tak akan mengalir bebas jika tak ada yang mereguknya.
Pendengar yang dahaga yang sedang
mencari, akan menjadi begitu fasih setelah bertemu Sang Mursyid yang telah
pergi meninggalkannya sendiri…… Bagaikan mendapat tambahan seratus lidah dalam
setiap pembicaraannya.
Ketika seorang asing memasuki
istana sultan, para wanita harem segera berlarian bersembunyi ke balik tirai……
namun bila yang masuk seorang sahabat karib yang membawa ketidak cemasan, maka
para wanita pun segera mengangkat tirai dan kembali bercengkerama.
Apapun yang dijadikan baik,
menyenangkan dan indah……adalah untuk penglihatan mata.
Kitab-mu bagaikan perempuan berselubung
wajah, meskipun kau buka selubung itu, masih ada seratus ribu selubung lagi
yang harus kau buka…… Dia tak akan menunjukkan keasliannya, karena dia menginginkan
engkau memahaminya melalui sekian ratus ribu cara memandang.
Kawanku, ……betapa kuingin kalian
memahami, sekalipun kata-kata ini telah berulang kali engkau dengar, namun aku
tak pernah kenyang mengatakannya.
Kau makan roti atau nasi setiap
hari terus menerus agar tidak kurus, dan itu adalah makanan yang sama setiap
harinya, mengapa engkau tak bosan ?!
Karena kau sehat, lapar
senantiasa menemanimu dan tiada memperdulikan pencernaan dan kejenuhan perutmu……
Kenikmatan berasal dari rasa lapar, bukan karena enak dan mahalnya makanan.
Maka sesungguhnya, kebosananmu
itu berasal dari kurangnya rasa lapar dan salah mencerna…… bukan dari
pengulangan memakan yang itu-itu saja, bahkan pengulangan kata-kata dan
makna-makna.
Mengapa manusia tak pernah bosan
dari belanja, tawar-menawar hingga mengumpat dan bertengkar ?? Waktu demi waktu,
terus saja mengumbar rayuan demi memenuhi hasrat birahi.
Inilah terakhir kalinya
mengucapkan kata-kata kotor itu dengan semangat yang berapi-api, seratus kali
lipat dibanding yang pertama.
Jika tak ada yang mendengarnya,
maka terpujilah kata-kataku, “Menjelma cahaya atau pergi !! Dan jangan berlaku zhalim
padaku !!”
O tuan, kau bagai mata yang sakit
menatapku…… bukalah lembaranmu, dan akan kupatahkan penaku !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar