M
|
aka menjadi salah-lah siapapun yang menganggap
dirinya-lah yang paling benar.
Kebenaran hanyalah milik Allah, dan DIA-lah Kebenaran Sejati (Al Haqq). Tiada
sesuatupun di semesta alam ini sebagai yang mutlak benar, kebenarannya hanyalah
sementara, dan dibalik kebenarannya selalu dibayangi kesalahan atau kecacatan yang akan hadir pada
waktunya kemudian.
Segala
sesuatu yang ada dan tercipta di semesta alam ini adalah merupakan perwujudan
atau bias dari DIA Yang Maha Tunggal, menjadi banyak dan beragam yang masing-masingnya
menjadi saling memiliki sepasang kebenaran dan kesalahannya. Begitulah cahaya-Nya
ketika sampai di alam kemudian menyentuh segala sesuatu materi atau benda, maka
menjadi ada-lah bayangannya yang sebagai kegelapan.
“...... Dan ingatlah
Tuhanmu jika kamu lupa dan katakanlah: semoga Tuhanku akan memberiku
petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.” (QS 18:24)
Sehingga,
bila cahaya petunjuk Allah datang dan menyentuh dirimu, dikarenakan hawa nafsu dirimulah maka bayang
kegelapannya menjadi ada dan tercipta. Jika hatimu dapat jujur memahami, hawa
nafsu dirimu sendiri-lah yang sesungguhnya menciptakan iblis sebagai malaikat pembangkang yang tak mau tunduk patuh
membantu kemanusiaanmu. Ya, dialah yang semula adalah malaikat yang ketika diperintah oleh Tuhanmu untuk sujud kepada wujud kemanusiaan tetapi
malah menjadi iblis yang membangkang
dan menjadi musuh yang nyata (QS 2:34). Dan bukanlah dia yang tak tunduk
perintah Tuhannya, melainkan hawa nafsu diri kitalah yang sesungguhnya tak
tunduk patuh kepada Tuhannya. Renungkanlah.......
Tiada
sesuatupun yang luput dari rahmat Allah, termasuk cahaya petunjuk (hidayah)-Nya. Seluruhnya, segala sesuatu menerima
cahaya-Nya, hanya karena kegelapan jiwanya sendirilah yang menyebabkan pengaruh
cahaya-Nya tak bermakna baginya. Sekalipun demikian, Allah tetap selalu memberikan
karunia cahaya-Nya dalam bentuk energi kepada seluruh segala sesuatu yang hidup
dan berkembang, bahkan apa-apa yang hidup dan berkembang di alam tubuh (jasad)-mu
agar engkau dapat tetap hidup dan segera menyadari serta memahami untuk keluar
dari kegelapan yang menyelimuti jiwamu. Namun kebanyakan kita tidak bersyukur
akan nikmat rahmat-Nya tersebut.
“(Iblis) menjawab: demi kemuliaan-Mu, pasti aku
akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hambamu yang ikhlas diantara mereka.” (QS 38:82-83)
Maka
semakin tersesatlah mereka yang taqlid buta merasa pemahamannya adalah sebagai
yang paling benar, dengan menyingkirkan segala apa yang di sekitarnya yang
ternyata juga merupakan petunjuk dari Tuhannya. Dan bukan tak mungkin pemahaman
kita terhadap agama justru malah menyesatkan jiwa kita, dikarenakan taqlid buta
tak hendak melihat berbagai kebenaran yang ada pada sekitar kita. Buktinya,
banyak terjadi perselisihan antar umat beragama dengan merusak hingga saling
menumpahkan darah. Bahkan lebih sering lagi terjadi perselisihan antar sekte
atau aliran dan golongan dalam satu umat agama tertentu.
Sebagai
yang merasa paling benar sendiri inilah sebagai awal pemicu setiap perselisihan,
kemudian mengeluarkannya dalam bentuk saling cerca, saling hina dan saling
merendahkan. Dan yang tidak kalah parahnya adalah dengan mengatas namakan
Tuhannya hendak memaksakan kehendaknya agar orang lain beriman seperti dirinya
beriman. Itulah akibat sebagai yang merasa paling benar yang justru mengalahkan
kehendak Tuhannya agar mereka menjadi rahmat bagi semesta alam, rahmatan lil ‘aalamiiyn.
“........ dan
laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan) keji dan mungkar.....” (QS 29:45)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar