Rabu, 14 Mei 2014

AMANAH KEHIDUPAN DUNIA

Akhirat-mu adalah Dunia-mu, dan Dunia-mu adalah pula Akhirat-mu...... Tiada terpisahkan, dan hanyalah siklus yang terus berulang sampai kembali pulang kepada Yang Maha Tunggal, singularitas !!

Jiwa yang memisahkan keduanya adalah jiwa yang masih terpenjara oleh wujud-wujud dan jasad, tak bisa melihat makna-makna dibalik segala sesuatu yang tergelar...... Ia takkan memahami makna ungkapan rasulullah SAW, “kemanakah Siang bila Malam telah datang ??”

Segala wujud dan jasad boleh berganti dan berubah-ubah di setiap ruang dan waktu, sebab dia materi, namun jiwa dan ruh tak terbatasi oleh segala dimensi ruang dan waktu...... Tiada dualitas, itulah kemurnian Tawhid !!

Yang sering muncul dan mempengaruhi kehidupan namun sering terabaikan oleh kesadaran akal adalah “keadaan rasa”. Sesungguhnya, dia-lah yang begitu dominan mengisi hati setiap insan kemanusiaan, dan amat mempengaruhi segala gerak kehidupan.....  Dalam bahasa Tuhan disebut “pahala dan dosa”, atau “surga dan neraka”...... Itulah yang berada dalam Neraca Keadilan-NYA di setiap dimensi ruang dan waktu, Maliiki yawmid-diyn.

Hari ini adalah tuai-an dari apa yang ditanam di masa yang lalu, dan amat mempengaruhi apa yang akan dituai di hari-kemudian...... Kemarin-hari ini-esok, ternyata hanyalah siklus waktu yang berputar, namun bagi kita dia adalah “ghaib”, menjadi Rahasia Sang Kala (waktu) !!

Baik dan sempurnanya “perjalanan” kehidupan dunia adalah juga baik dan sempurnanya kehidupan akhirat, begitupun sebaliknya bila buruk “perjalanan”-nya........ Sebab Amanah yang melekat pada jiwa sejak pertama terlahir ke dunia.

Janganlah terhanyut pada mimpi dan khayal tentang nikmatnya setelah sampai di tujuan ketika masih dalam “perjalanan”....... bagai seorang pengendara yang melamunkan nikmatnya setelah sampai di tujuan, itu amat berbahaya dan bisa celaka !!

Memang keimanan haruslah sampai kepada wujud hakikat-NYA sebagai tujuan akhir, namun janganlah lupa, apalagi mengabaikan amanah yang masih melekat sebagai tugas utama...... agar menjadi perwujudan-NYA di dunia sebagai yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Rahmatan lil ‘aalamiiyn.

Setiap manusia telah memiliki dasar keimanannya, sekecil apapun itu, telah ada...... namun tidak semua telah “berserah-diri” (islam).

Takkan sampai kepada tujuan itu, jika pada diri masih melekat kuat ego (aku)-nya, sekecil dan semulia apapun itu..... sekalipun ego yang hendak segera sampai pada tujuan.


Sungguh, kerendahan hati dalam “berserah-diri” (islam) akan melunturkan kesombongan, menghamparkan gelaran ilmu-NYA, dan dapat membuka pintu-pintu rahmat-NYA yang lain..... insya Allah !!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar