Tubuh ini adalah alam bagi
makhluk-makhluk lain yang bukan diri kita yang mengatur hidup dan rizkinya,
laparmu adalah laparnya mereka. Namun begitu pola hidupmu buruk, menjadi buruk
pulalah mereka. Dan keburukan mereka akan kembali padamu sebagai yang
menyakitkan.
***
Tujuh lapis langit telalu sempit
bagi akal manusia, namun kedalaman hati terlalu lapang baginya…. Dan akal yang sangat
cerdas adalah cahaya yang membawa petunjuk dan kehendak Tuhannya, siapa lagi
dia kalau bukan Jibril.
Jika akal adalah tembaga, maka
Sang Cinta-lah yang menjadikannya emas yang mulia dan berharga. Bukan mukjizat,
ia adalah ilmu tentang zat mukjizat…… Akal adalah hukum-hukum, dengan cinta-lah
ia menjadi hakim yang bijaksana.
Ketika jalan sampai kepada ujung dibatasi
laut, dan akal pun berhenti tak sanggup lagi berkata-kata, datanglah Cinta yang
membelah laut, membuka jalan bagi Musa dan kaumnya hanya dengan satu pukulan
tongkatnya…… Manakala kemarahan memaksa ikut menerobos masuk tenggelamlah ia ditelan
lautan.
Dengan Cinta pula Musa pukulkan
tongkatnya kepada batu, dan memancarlah 12 mata air bagi suku-suku kaumnya…….
Tiada akal yang dapat memahami Cinta.
Dan manakala Sang Cinta memanggil
yang dicinta, “Hai Musa !! Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah
kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.”
Ketika hendak masuk dan berhadapan
dengan Sang Cinta, tanggalkanlah terompah akalmu diluar pintu-NYA, sebab engkau
kan memasuki ruang suci…… begitulah Jibril si akal yang cerdas dibatasi tak
dapat lagi menemani Muhammad masuk kedalam Sidrat al Muntaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar