Sabtu, 01 Februari 2014

AKAL LOGIKA


Ada yang buruk dalam pandangan si Fulan, tetapi itu baik bagi si Falun. Keduanya ternyata bertolak-belakang dalam hal yang sama, namun si Lufan menganggap itu adalah hanya ilusi !!

Aduhai, jika demikian halnya, maka siapakah yang benar secara hakikatnya ?? Mengapa menjadi sirna kembali, dan tiada lagi ukuran bagi kebenaran, kebaikan dan keindahan ??
______________________________________________________________________

Sungguh, apa yang diperintahkan agama itulah yang baik dan yang dilarangnya adalah yang buruk….. Seandainya Tuhan memerintahkan “yang buruk” (dalam pandangan manusia), niscaya dengan perintah-NYA itu ia menjadi baik. Dan memang kehendak-NYA adalah mutlak kebaikan !! …..seperti halnya Khidr ketika memberikan 3 hikmah kepada nabi Musa as….. “aku tidak melakukan itu atas kemauanku (melainkan atas perintah Allah).” (QS 18:82)

Begitulah apa yang ditanamkan di dalam hati sebagai keimanan…. Pada saat itu logika akal kebingungan dan menolaknya, serta dapat pula menganggap itu hanya sebuah ilusi yang sekedar mampir. Seperti fatamorgana yang dilihat mata jasad (indera) yang tertipu namun membawa dan menyampaikan kepada akal logikanya kemudian meneruskannya kedalam hati. Jadilah dia sebagai yang tersesat oleh pandangannya sendiri….. “dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS 91:7-10)

Ketika logika akal, dengan beriringnya waktu, telah dapat mengimbangi terhadap apa yang ditanamkan di dalam hati dan memahaminya, pada saat itulah kebenaran, kebaikan dan keindahan muncul sebagai hakikatnya…… “Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak bernilai, ADAPUN YANG MEMBERI MANFAAT KEPADA MANUSIA, MAKA IA TETAP DI BUMI. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS 13:17)

Akal logika memang memiliki keterbatasannya sebab segala yang ada pada kemanusiaan sebagai makhluk ciptaan, namun keterbatasannya itu bukanlah keterbatasan permanen yang justru mengalami perkembangan, adalah juga merupakan perjalanan jiwa kemanusiaan yang menuju kesempurnaannya (QS 91:7 di atas) hingga kembali pulang kepada DIA Yang Maha Sempurna di dalam keabadian-NYA
.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar