Akhirat-mu adalah Dunia-mu, dan
Dunia-mu adalah pula Akhirat-mu...... Tiada terpisahkan, dan hanyalah siklus
yang terus berulang sampai kembali pulang kepada Yang Maha Tunggal,
singularitas !!
Jiwa yang memisahkan keduanya
adalah jiwa yang masih terpenjara oleh wujud-wujud dan jasad, tak bisa melihat
makna-makna dibalik segala sesuatu yang tergelar...... Ia takkan memahami makna
ungkapan rasulullah SAW, “kemanakah Siang bila Malam telah datang ??”
Segala wujud dan jasad boleh
berganti dan berubah-ubah di setiap ruang dan waktu, sebab dia materi, namun
jiwa dan ruh tak terbatasi oleh segala dimensi ruang dan waktu...... Tiada
dualitas, itulah kemurnian Tawhid !!
Yang sering muncul dan
mempengaruhi kehidupan namun sering terabaikan oleh kesadaran akal adalah
“keadaan rasa”. Sesungguhnya, dia-lah yang begitu dominan mengisi hati setiap
insan kemanusiaan, dan amat mempengaruhi segala gerak kehidupan..... Dalam bahasa Tuhan disebut “pahala dan dosa”,
atau “surga dan neraka”...... Itulah yang berada dalam Neraca Keadilan-NYA di
setiap dimensi ruang dan waktu, Maliiki yawmid-diyn.
Hari ini adalah tuai-an dari apa
yang ditanam di masa yang lalu, dan amat mempengaruhi apa yang akan dituai di
hari-kemudian...... Kemarin-hari ini-esok, ternyata hanyalah siklus waktu yang
berputar, namun bagi kita dia adalah “ghaib”, menjadi Rahasia Sang Kala
(waktu) !!
Baik dan sempurnanya “perjalanan”
kehidupan dunia adalah juga baik dan sempurnanya kehidupan akhirat, begitupun
sebaliknya bila buruk “perjalanan”-nya........ Sebab Amanah yang melekat
pada jiwa sejak pertama terlahir ke dunia.
Janganlah terhanyut pada mimpi
dan khayal tentang nikmatnya setelah sampai di tujuan ketika masih dalam
“perjalanan”....... bagai seorang pengendara yang melamunkan nikmatnya setelah
sampai di tujuan, itu amat berbahaya dan bisa celaka !!
Memang keimanan haruslah sampai
kepada wujud hakikat-NYA sebagai tujuan akhir, namun janganlah lupa, apalagi
mengabaikan amanah yang masih melekat sebagai tugas utama...... agar menjadi
perwujudan-NYA di dunia sebagai yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Rahmatan
lil ‘aalamiiyn.
Setiap manusia telah memiliki
dasar keimanannya, sekecil apapun itu, telah ada...... namun tidak semua telah
“berserah-diri” (islam).
Takkan sampai kepada tujuan itu,
jika pada diri masih melekat kuat ego (aku)-nya, sekecil dan semulia apapun
itu..... sekalipun ego yang hendak segera sampai pada tujuan.
Sungguh, kerendahan hati dalam
“berserah-diri” (islam) akan melunturkan kesombongan, menghamparkan gelaran
ilmu-NYA, dan dapat membuka pintu-pintu rahmat-NYA yang lain..... insya Allah
!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar