Orang menyebutnya demokrasi,
Kebebasan bagai garam di kehidupan.
Ia tak dihiraukan bagi lautan, namun di daratan ia amat diharapkan..... Bagai
sepasang kekasih yang bernafsu mengharapkan persetubuhan, hanya setelah
pernikahan ia menjadi hal yang biasa.
Jika kebebasan adalah sebuah
negri, maka iblis-lah yang menjadi raja dan semua yang tertipu sebagai rakyat
jelata-nya.
Orang-orang yang percaya (iman)
dan berserah-diri (islam) merupakan madu bagi kehidupan. Apa yang di dalam hati
dan yang diucapkannya terasa manis dan bermanfaat bagi siapapun.
Tidak pada mereka yang ingkar
kepada Tuhannya, jiwanya menyimpan racun...... apa yang tersimpan di dalam hati
dan setiap yang keluar dari mulutnya akan terasa pahit dan menyakitkan
siapapun. Bahkan merusak dan menyakiti dirinya sendiri !!
Kebebasan seharusnya tak pernah
lepas dari keadilan....... dan keadilan adalah menaruh segala sesuatu sesuai
pada tempatnya !!
Sungguh, untuk itu diperlukan
akal kesadaran...... anak kecil tak mengerti itu, dan itu adalah wajar.
Diperlukan kedewasaan dan pengetahuan tentang segala sesuatu untuk dapat
menempatkannya di tempat yang benar.
Jika kebebasan adalah agama, iblis-lah
yang menjadi ulama-nya...... dakwahnya adalah sumpah serapah dan fitnah keji,
menghasut jama’ahnya dalam caci-maki, baku-hantam hingga pertumpahan darah.
Sekalipun setiap orang amat menginginkan
kebebasan, jiwanya kan selalu terikat dengan segala akibat sebagai pertanggung-jawaban
dari Neraca Keadilan-NYA.
Bacalah ayat...... “Allah
mengilhamkan kepada jiwa jalan ke-FASIK-an dan jalan ke-TAKWA-an, maka beruntunglah
orang yang mensucikan jiwanya, dan merugilah yang mengotorinya.”
Jika kebebasan adalah kita.......
Ketahuilah, TAKWA sungguh amat jelas berlawanan dengan KEBEBASAN !!
........... Maka sesungguhnya,
masihkah engkau merasa memiliki “pilihan” ??