Bentuk-bentuk pengorbanan, selain
syahadat, shalat, puasa dan haji dalam Islam...... Zakat, infaq dan sedekah
adalah cara-cara membersihkan (mensucikan) kembali jiwa yang sempat kotor karena
‘terhanyut’ dalam gemerlapnya kehidupan dunia. Yaitu dengan mau mengorbankan
sebagian rizki yang telah dianugerahkan Tuhan.
Dalam kehidupan dunia di semesta
alam ini, Allah telah menetapkan (sunathullah) segala sesuatunya dalam keadaan
setimbang (adil)...... Begitupun dengan anugerah rizki ‘yang diterima’, maka
harus pula seimbang dengan ‘yang dikeluarkan’-nya. Jika ‘tiada perduli’ bagaimana
mendapatkannya, maka menjadi ‘tidak perduli’ pula bagaimana cara keluarnya,
namun yang Allah kehendaki, manusia memahami bahwa setiap ‘yang dikeluarkan’
itu memiliki nilai keridhaan, sehingga Allah pun ridha kepadanya.
Sebagaimana “tidak siapapun dapat
menghalangi karunia yang Allah hendak berikan”...... maka juga, sekuat apapun
manusia berusaha menahan keluarnya kembali rizki dari kuasanya, takkan mampu
bila Allah telah menetapkan itu harus keluar....... Jalan-NYA tak terduga-duga,
bisa melalui kehilangan, pencurian, biaya pengobatan, kecelakaan, dan
lain-lainnya yang kesemuanya malah menyakitkan hati-nya sendiri. Itulah yang
disebut musibah ataupun bencana !!
............tinggal bagaimana
manusia hendak mengeluarkannya dengan cara seperti apa, keridhaan atau malah
keterpaksaan ?? Bukankah menjadi tiada pilihan, bila ‘keterpaksaan’ justru
adalah yang tidak kita sukai ?!
Tidak hanya sekedar bisa berkata “segala
musibah dan bencana adalah UJIAN dari Allah”, namun pula hendaknya dapat
menggerakkan hati untuk memahami bahwa segala musibah dan bencana adalah akibat
dari perbuatannya sendiri. Bukankah yang namanya UJIAN itu selalu butuh
pemikiran akal untuk dapat menyelesaikannya ?! .....inilah yang disebut
perjalanan jiwa, yang mengalami peningkatan kualitas jiwanya.
Maka dengan logika apalagikah
kita dapat ikhlas memahami bahwa di dalam zakat, infaq dan sedekah ada hak
mereka yang membutuhkan selain diri kita sendiri ?!
Menyalurkan sebagian rizki yang
kita terima dari anugerah Tuhan kepada yang membutuhkan, juga adalah bentuk
pengorbanan terhadap apa-apa yang kita cintai (harta benda ataupun jiwa), dan
itu pulalah bukti bahwa kita adalah bagian dari “yang menjadi rahmat bagi
semesta alam”........ Dengan keridhaan dan keikhlasan maka nilainya pun menjadi
suatu kebaikan yang dilipat-gandakan oleh Allah (QS 2:261).
Berbagi kebahagiaan nikmat rizki
kepada sesama sesungguhnya dapat ‘menghidupkan’ kembali jiwa-jiwa mereka yang
sedang dalam kesulitan, kesusahan dan telah putus-asa...... Dan sebaliknya, ‘ketidak-perdulian’
pun sesungguhnya dapat ‘membunuh’ jiwa-jiwa mereka.
Ingatlah ayat, “membunuh satu manusia,
itu seakan membunuh seluruh kemanusiaan”, termasuk diri-nya sendiri !!
........dan menjadi bermakna pula “menyelamatkan satu manusia, seakan
menyelamatkan seluruh kemanusiaan”, termasuk diri-nya sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar